About Me

Foto saya
simple ! ♥ MUSIC , SINGING , FASHION , HEALTHY-LIFE , 2NE1 , 2PM

Minggu, 20 Februari 2011

Pergolakan Di Mesir

Nama      : Nurlina Sari
Npm       : 16209607
Kelas      : 2EA15
 


  • Perkembangan Negara Mesir Sebelum Terjadi Revolusi Mesir 
            Perkembangan, strategis dan perencanaan pembangunan ekonomi Negara Mesir yang diketahui adalah pada sumber daya alam yang baik dikelolanya. Tenyata hal ini terpengaruh dari latar belakang historisnya.
                   Berdasarkan sejarah yang  ada jika dilihat dari segi budaya, Mesir mempunyai peradaban yang tinggi sejak 3200 SM dari Pharaonic, Hellenistic, Romawi hingga Islam. Sehingga Mesir digelari Ummu Dunyu dan Ummu Hadhorat, karena masalalunya yang telah mencapai puncak paradaban ketika bangsa lain masih dalam kondisi keterbelakangan.
                   Sementara itu jika dilihat segi perekonomian dan politik mesir Di masa sebelum perang Dunia II Mesir merupakan kekuatan ekonomi tersendiri di kawasan Timur Tengah, berkat ekonomi agraris yang memiliki tenaga kerja yang berlimpah-limpah dan mulainya tumbuh industri sedang dan primer di kota-kota besarnya. Tetapi biaya peperangan birokrasi yang membengkak dan ledakan penduduk akhirnya membuat kekuatan ekonomi Mesir menyusut secara drastis dalam masa dua dasawarsa saja. Tenaga terlatih dan setengah terlatih yang dimilikinya sulit menemukan penyaluran dalam bentuk lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian dan kebutuhan hidup mereka. Sedangkan pada waktu yang bersamaan muncul kekuatan ekonomi yang baru di jazirah Arabia, berkat semakin meningkatnya harga minyak bumi. Penyerapan kelebihan tenaga terlatih dan setengah-terlatih Mesir di negara-negara Saudi Arabia, Kuwait, Persatuan Emirat Arab, Bahrein, Oman dan Libya (sebelum terputusnya hubungan bilateral antara kedua negara) ternyata tidak mampu mengimbangi produksi tenaga terlatih dan setengah-terlatih yang terus meningkat tiap tahunnya, Sehingga selamanya masih ada tersisa sejumlah tenaga kerja terdidik yang tak tersalurkan dengan baik. Friksi antara mereka yang tersalur dan tidak tersalur keluar negeri lambat laun tumbuh menjadi kesenjangan identita antara kedua kelompok itu.
                 Di samping perubahan-perubahan ekonomi yang berlangsung secara cepat, masalah identitas itu semakin tajam juga oleh perubahan-perubahan cepat dalam kehidupan kultural yang terjadi selama tiga puluh tahun terakhir ini. Mesir dan Lebanon umpamanya, semenjak puluhan tahun yang lalu memegang supremasi di bidang kebudayaan di kalangan bangsa-bangsa Arab di abad modern ini. Kehidupan intelektual kawasan Timur Tengah hampir sepenuhnya ditentukan oleh kehidupan budaya kedua negara tersebut. Tetapi perubahan cepat dalam kehidupan politik memberikan bekas-bekasnya sendiri. Karena Lebanon tetap berpegang pada orientasi budaya serba kosmopolitan dengan pemberian tekanan pada pengembangan seni bebas (liberal arts), sedangkan pemerintahan sosialistis Mesir di masa Presiden Nasser mengutamakan indoktrinasi marxistis dengan akibat pengarahan sesisi atas kehidupan budaya, dengan sendirinya lalu terjadi kesenjangan dalam orientasi budaya kedua bangsa, yang menimbulkan akibat-akibat tidak kecil pula bagi kehidupan budaya di semua negara-negara Arab. Ternyata perkembangan tidak berhenti sekian saja, karena segera datang perubahan lain secara cepat pula, yaitu berubahnya orientasi budaya di bawah pemerintahan Sadat. Dengan demikian, terjadi proses pembalikan yang cukup ironis. Kekacauan kehidupan di Lebanon akhirnya membawa Mesir kepada kedudukan memimpin kehidupan budaya liberal, sebagai ganti kedudukan yang di pegang Lebanon selama ini. Sedangkan petro dollar yang mengalir ke Irak dan buah jerih payah mengirimkan mahasiswa-mahasiswanya ke Mesir dan Lebanon semenjak tahun-tahun empatpuluhan telah memberikan buahnya sendiri, yaitu munculnya sentrum baru kebudayaan Arab di lembah Mesopotamia, dengan orientasinya yang militan dan sosialistis.
              Pemerintah Mesir juga memberikan perhatian yang besar bagi ketersediaan infrastruktur pendukung yang memadai, antara lain: sumber energi (listrik, gas, minyak), akses jalan, berbagai sarana transportasi (darat, laut, udara),  dan teknologi telekomunikasi dan informasi. Sumber pendapatan negara pada saat ini masih tertumpu pada sumber daya alam terutama terpusat pada hasil-hasil pertanian, perkebunan dan ditambah pada pajak terusan. Suez serta parawisata. Pada dekade sembilan puluhan pemerintah yang berkuasa merubah haluan dari sistem ekomoni sosial kapitalis. Konsekwensi perubahan tersebut, laju pembangunan semakin pesat dan tingkat eros nasional pun meningkat. Saat ini Mesir mulai mengalihkan pandangannya untuk membangun sebuah negara industeri pemasok negara-negara Arab dan Afrika, terbukti dengan adanya pembangunan pabrik-pabrik raksasa seperti pabrik perakitan lokomatif terbesar di Arab. Belakangan ini presiden Mubarak telah merubah kebijaksanaan melalui pembangunan ekonomi secara total, dengan merangsang para investor asing untuk menanamkan modalnya di mesir melalui kerjasama ekonomi selatan – selatan. Mesir saat ini melirik ke asia khususnya tujuh macan Asia yang dianggap mampu menguasai pasaran dunia (sebelum krisis).
                Dalam bidang penyediaan produk rumah tangga, pasar domestik Mesir dengan pertumbuhan ekonominya yang cukup stabil, telah meningkatkan demand pertumbuhan pasar produk-produk rumah tangga mencapai 4,2% per tahun. Dalam hal ini, terdapat peluang untuk meraih pasar produk rumah tangga ber-image khusus, seperti perawatan tubuh wanita tradisional, ataupun peralatan rumah tangga bercorak etnik, seiring dengan mulai berkembangnya jumlah kalangan menengah dan atas di Mesir. Namun demikian, masih cukup banyak masyarakat Mesir yang hidup di bawah garis kemiskinan, sehingga kebanyakan masyarakat Mesir meskipun mengalami peningkatan daya beli, cenderung mengkonsumsi produk “massal murah meriah”  seperti dari China.
                 Memang harus diakui bahwa pertumbuhan perkapita di Mesir lebih bergantung pada sumber daya alam. Namun sumber daya alam saja tidak cukup untuk pembangunan ekonomi. Masih dibutuhkan satu syarat yang lain yang utama yaitu prilaku manusia. Prilaku inilah yang dijadikan peran kestrategisan bangsa Mesir dalm pembangunan. Dalam hal ini Negara Mesir mampu menempa prilaku manusia tersebut kearah yang mendukung pembangunan yang besifat Islami yang berpotensi dan tidak mengalami kesulitan seperti yang dialami oleh Negara-negara sekuler. Adapun rumusan tujuan kebijakan pembangunan dan target yang lebih spesifik untuk tujuan pembangunan yaitu:
  1. Pembanguna sumber daya insani merupakan tujuan pertama kali dari kebijakan pembangunan
  2. Perluasan produksi yang bermanfaat
  3. Perbaikan kualitas hidup dengan memberikan prioritas pada 3 hal yakni terciptanya lapangan kerja, sistem keamanan yang luas dan pembagian kekayaan dan pendapatan yang merata.
  4. Pembanguana yang seimbang yakni harmonisasi antar daerah berbeda dalam satu Negara dan antar sector ekonomi
  5. Teknologi baru yakni berkembangnya teknologi tepat guna yang sesuai kondisi dan aspirasi negara
  6. Berkurangnya ketergantungan pada dunia luar dan dengan semakin menyatunya kerjasama yang solid dalam Negara.
     
  •  Hal Yang Menyebabkan Terjadinya Pergolakan Di Mesir
                 PETAKA politik di Tunisia dan Mesir serta keresahan yang merambat di beberapa negara di kawasan Arab ternyata diawali sejumlah masalah dasar. Salah satunya, krisis pangan di berbagai tempat di wilayah itu. Warga sulit mendapatkan harga pangan yang murah. Harga pangan terus melambung. Kasus di wilayah ini menjadi perhatian dunia karena menjadi contoh awal dampak krisis pangan tahun ini.
                  Meski pergolakan politik di Tunisia dipicu kasus penempelengan pedagang buah, Mohammed Bouazizi (26), pada 17 Desember tahun lalu oleh seorang polisi, banyak analis menyebutkan bahwa krisis pangan di negara itu menjadi salah satu penyebab kejatuhan rezim Zine al-Abidine Ben Ali.
Sebelum peristiwa itu, rakyat Tunisia marah karena beratnya masalah pengangguran dan tingginya harga pangan. Jumlah penganggur dilaporkan mencapai 14 persen dari usia kerja.
Adapun krisis pangan di Tunisia telah membuat rakyatnya menderita karena harga pangan naik 20-30 persen pada minggu pertama Januari. Krisis pangan dilaporkan akibat musim tanam yang buruk, sementara permintaan terus meningkat. Akses untuk mendapatkan pangan di pasar dunia juga makin sulit.
              Kerusuhan akibat krisis pangan juga dilaporkan terjadi di Aljazair. Pengumuman kenaikan harga pangan telah menyebabkan protes besar-besaran di negara tersebut. Pekerja kereta api dan mahasiswa melakukan aksi turun ke jalan. Beberapa tempat, seperti bank, kantor polisi, dan kantor pemerintah, diserang massa. Kerusuhan di Aljazair reda menyusul pemangkasan pajak pangan hingga 41 persen.
               Di Amman, Jordania, ribuan warga berunjuk rasa menyusul kenaikan harga pangan. Pada pertengahan Januari lalu, mereka juga menuntut penurunan perdana menteri. Di Sudan selatan, unjuk rasa juga terjadi menyusul pengurangan subsidi pangan dan bahan bakar.
Di Mesir, kenaikan harga pangan juga telah menjadi salah satu penyebab kerusuhan di negara itu. Desember tahun lalu, beberapa kalangan telah memperingatkan akan munculnya krisis pangan di negara itu. Akan tetapi, tidak ada tindakan yang nyata. Saat berdemonstrasi, warga meneriakkan tuntutan agar harga pangan segera diturunkan.
              Presiden Mesir Hosni Mubarak telah meminta pemberian subsidi harga pangan serta mengupayakan pengendalian inflasi untuk meredakan unjuk rasa dan kerusuhan yang terjadi di sejumlah tempat.
Kasus di Tunisia, Aljazair, Jordania, Sudan, dan Mesir, yang kemungkinan dalam waktu dekat menimpa negara lain, sebenarnya menjadi gambaran umum tentang masalah pangan dunia.
              Penyebab krisis pangan berasal dari dua sisi, yaitu konsumsi dan produksi. Pada sisi konsumsi, ledakan jumlah penduduk menyebabkan konsumsi bahan pangan meningkat. Pada sisi produksi, lahan pertanian berkurang, penggunaan air berubah dari kepentingan pertanian ke kepentingan warga kota, dan perubahan iklim telah menurunkan produksi pangan. Kondisi ini memunculkan spekulasi harga pangan di pasar dunia.
             Prof Nouriel Roubini dari Universitas New York, yang memimpin lembaga Roubini Global Economics, termasuk yang meyakini bahwa penyebab krisis di kawasan Arab adalah krisis pangan. Akan tetapi, ia menyayangkan masalah krisis pangan sebagai akar masalah kerusuhan politik di sejumlah negara itu sepertinya tidak pernah diungkap ke permukaan.
        ”Yang terjadi di Tunisia dan sekarang di Mesir serta kerusuhan di tempat lain bukan hanya karena tingkat pengangguran yang tinggi, tetapi juga karena krisis pangan,”
harga pangan di Mesir pada awal Januari naik 17 persen. Hal ini akibat kenaikan harga komoditas di pasar internasional. Spekulasi harga komoditas memperparah keadaan.
           pascakrisis finansial beberapa waktu lalu, para pemilik modal yang semula bermain di pasar finansial kembali ke pasar komoditas. Hasilnya? Pasar komoditas yang semula sudah dingin setelah krisis pangan 2008 kembali memanas akibat spekulasi di pasar komoditas makin meningkat. Ia mengakui, sumber utama krisis pangan adalah perubahan iklim, tetapi spekulasi harga memperparah keadaan.
       "Perkembangan di Mesir sangat mungkin memengaruhi bagian lain di dunia. Hal ini akan berdampak pada pertumbuhan global,"
            Ia memperingatkan, unjuk rasa dan kerusuhan bisa terjadi di India, Pakistan, China, dan negara-negara di Amerika Latin apabila krisis pangan menimpa negara-negara itu.
            Secara global, kondisi saat ini bisa memburuk karena sejumlah analisis menyatakan bahwa krisis pangan tahun ini makin parah sebagai dampak perubahan iklim. Indonesia, yang juga sudah diperingatkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sangat mungkin terkena krisis pangan. Jika ini terjadi, krisis politik pun bisa menjalar ke Indonesia.
           Sudah tentu masalah krisis pangan di Indonesia akan makin memanas jika masalah korupsi dan masalah kemiskinan tidak segera dicarikan jalan keluar .

- Nurlina Sary -
"sumber : Kompasiana.com "