NAMA :NURLINA SARI
NPM : 16209607
KELAS : 3EA12
PENGERTIAN
PENALARAN DAN SILOGISME
PENALARAN
adalah proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (observasiempirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Berdasarkan pengamatan yangsejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisiyang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yangsebelumnya tidak diketahui.
Proses inilah yang disebut menalar
Macam –
macam Penalaran :
- · PENALARAN INDUKTIF
Metode penalaran induktif adalah
adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil
pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuanbaru yang
bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran
deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki
konsep secaracanggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan
lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam
konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan
dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses
untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.
Jenis-jenis penalaran induktif adalah :
- Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak
dari fenomena individual menuju kesimpulanumum.‡ Tamara Bleszynski adalah
bintang iklan, dan ia berparas cantik.‡ Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan
ia berparas cantik.Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan semua bintang sinetron berparas cantik hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya : Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Contoh kesalahannya : Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
2. Analogi
Penalaran Analogi adalah proses penyimpulan
berdasarkan kesamaan data atau fakta. Analogidapat juga dikatakan sebagai
proses membandingkan dari dua hal yang berlainan berdasarkankesamaannya,
kemudian berdasarkan kesamaannya itu ditarik suatu kesimpulan.Tujuan penalaran
secara analogi adalah sebagai berikut:
a. Analogi dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
b. Analogi dilakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.3.
Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
Contoh : Seseorang yang menuntut ilmu sama halnya
dengan mendaki gunung. Sewaktu mendaki,ada saja rintangan seperti jalan yang
licin yang membuat seseorang jatuh. Ada pula semak belukar yang sukar
dilalui. Dapatkah seseorang melaluinya? Begitu pula bila menuntut
ilmu,seseorang akan mengalami rintangan seperti kesulitan ekonomi, kesulitan
memahami pelajaran,dan sebagainya. Apakah Dia sanggup melaluinya? Jadi,
menuntut ilmu sama halnya denganmendaki gunung untuk mencapai puncaknya.
3. Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang salingberhubungan. Hal ini terlihat ketika tombol ditekan
yang akibatnya bel berbunyi. Dalamkehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal
ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalanbecek. Ia kena penyakit
kanker darah dan meninggal dunia.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, tiga
hubungan antar masalah yaitu sebagaiberikut:
- a) Sebab akibat
Sebab akibat ini berpola A menyebabkan B. Disamping
ini pola seperti ini juga dapatmenyebabkan B, C, D dan seterusnya. Jadi, efek
dari suatu peristiwa yang diaanggap penyebabkadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, diperlukankemampuan penalaran
seseorang untuk mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihatpada suatu
penyebab yang tidak jelas terhadap suatu akibat yang nyata.Contoh :Belajar
menurut pandangantradisional adalah usaha untuk memperoleh sejumlh
ilmupengetahuan. ‘Pengetahuan´ mendapat tekanan yang penting, oleh sebab
pengetahuanmemegang peranan utama dalam kehidupan manusia. Pengetahuan adalah
kekuasaan. Siapa yang memiliki pengetahuan, ia mendapat kekuasaan.
- b) Akibat sebab
Akibat sebab ini dapat kita lihat pada peristiwa
seseorang yang pergi ke dokter. Kedokter merupakan akibat dan sakit
merupakan sebab. Jadi hampir mirip dengan entimen. Akan tetapidalam penalaran
jenis akibat sebab ini, Peristiwa sebab merupaka simpulan.Contoh : Dewasa
ini kenakalan remaja sudah menjurus ke tingkat kriminal. Remaja tidak hanya
terlibat dalam perkelahian-perkelahian biasa, tetapi sudah berani menggunakan
senjata tajam.Remaja yang telah kecanduan obat-obat terlarang tidak segan-segan
merampok bahkan membunuh. Hal ini selain disebabkan kurangnya perhatian dari
orang tua dan pengaruhmasyarakat, pengaruh televisi dan film cukup besar.
c) Akibat-akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran yang menyiratkan
penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada suatu akibat yang
lain. Contoh : Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya melihat tanah di halamannya
becek, ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti
basah. Dalam kasus itu penyebabnya tidak ditampilkan yaitu hari hujan.
- · PENALARAN DEDUKTIF
Deduktif adalah cara berpikir di mana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penalaran
deduktif merupakan prosedur yang berpangkal padasuatu peristiwa umum, yang
kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus.
Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan yang didasarkan
atas pernyataan-pernyataan ( proposisi yang kemudian disebut premis )
sebagai antesedens ( pengetahuan yang sudah dipahami ) hingga akhirnya
membentuk suatu kesimpulan ( keputusan baru ) sebagai konklusi atau
konsekuensi logis. Keputusan baru tersebut selalu berkaitan dengan
proposisi yang digunakan sebagai dasar atau dikemukakan sebelumnya. Oleh
karena hal tersebut, perlu dipahami hal-hal teknis berkaitan dengan
silogisme sehingga penalaran kita benar dan dapat diterima nalar.
Macam-Macam Silogisme
Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga: 1) silogisme kategorial; 2) silogisme hipotetis; dan 3) silogisme alternatif. Namun, bisa juga dibedakan menjadi dua yang lain: 1) silogisme kategorial; dan 2) silogisme tersusun.
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
Silogisme dapat dibedakan menjadi tiga: 1) silogisme kategorial; 2) silogisme hipotetis; dan 3) silogisme alternatif. Namun, bisa juga dibedakan menjadi dua yang lain: 1) silogisme kategorial; dan 2) silogisme tersusun.
1. Silogisme Kategorial
Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.
2. Silogisme Tersusun
Dalam praktik kehidupan sehari-hari bentuk dilogisme di atas ( kategorial ) sering tidak diikuti sebagaimana mestinya, melainkan diambil jalan pintas demi lancar dan cepatnya komunikasi antar pihak. Berikut ini bentuk-bentuk yang dimaksud, yang sebenarnya merupakan perluasan atau penyingkatan silogisme kategorial. Silogisme ini dapat dibedakan dalam tiga golongan: 1) epikherema; 2) entimem; dan 3) sorites
Dalam praktik kehidupan sehari-hari bentuk dilogisme di atas ( kategorial ) sering tidak diikuti sebagaimana mestinya, melainkan diambil jalan pintas demi lancar dan cepatnya komunikasi antar pihak. Berikut ini bentuk-bentuk yang dimaksud, yang sebenarnya merupakan perluasan atau penyingkatan silogisme kategorial. Silogisme ini dapat dibedakan dalam tiga golongan: 1) epikherema; 2) entimem; dan 3) sorites
3. Silogisme Disyungtif
adalah silogisme yang premis mayornya keputusan
disyungtif sedangkan premis minornya kategorik yang mengakui atau
mengingkari salah satu alternatif yang disebut oleh premis mayor.Seperti
pada silogisme hipotetik istilah premis mayor dan premis minor adalah
secara analog bukan yang semestinya.
- Silogisme ini ada dua macam, silogisme disyungtif dalam arti sempit dan silogisme disyungtif dalam arti luas. Silogisme disyungtif dalam arti sempit mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:
- la lulus atau tidak lulus.
- Ternyata ia lulus, jadi
- la bukan tidak lulus.
- Silogisme disyungtif dalam arti luas premis mayomya mempunyai alternatif bukan kontradiktif, seperti:
- Hasan di rumah atau di pasar.
- Ternyata tidak di rumah.
- Jadi di pasar.
Silogisme disyungtif dalam arti sempit maupun arti luas mempunyai dua tipe yaitu:
1) Premis minornya mengingkari salah satu alternatif, konklusi-nya adalah mengakui alternatif yang lain, seperti:
la berada di luar atau di dalam.
Ternyata tidak berada di luar.
Jadi ia berada di dalam.
Ia berada di luar atau di dalam.
ternyata tidak berada di dalam.
Jadi ia berada di luar.
2) Premis minor mengakui salah satu alternatif, kesimpulannya adalah mengingkari alternatif yang lain, seperti:
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di masjid.
Jadi ia tidak berada di sekolah.
Budi di masjid atau di sekolah.
la berada di sekolah.
Jadi ia tidak berada di masjid
________________________________nurlinasary___________________________________________SUMBER :
- http://andriksupriadi.wordpress.com/2010/04/01/pengertian-silogisme/
- http://muachajah.blogspot.com/2011/10/macam-macam-penalaran.html
- http://id.wikipedia.org/wiki/Penalaran
- http://rachmawatinadya.blogspot.com/2011/10/pengertian-penalaran-dan-macam-macam.html
- http://amatirs.blogspot.com/2010/04/penalaran-induktif-pengertian.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.